18 Dewa Ada di Klenteng Hok Ie Kong Slawi
Slawi, Menjelang tahun baru Imlek 2576/ 2025, terlihat persiapan dilakukan umat Konghucu dan warga keturunan Tionghoa untuk menyambut perayaan tahun baru Cina tersebut, tak terkecuali di kota Slawi kabupaten Tegal. Ada sebuah Klenteng berusia ratusan tahun bernama Hok Ie Kong. Lokasinya ada di Jl. Jenderal Ahmad Yani Nomor 18, Slawi. Klenteng ini merupakan salah satu tempat sembahyang dan menjadi pusat perayaan hari penting dalam keagamaan dan kebudayaan Tionghoa.

Secara legalitas, dalam aktivitas keagamaan dan kebudayaan, Klenteng Hok Ie Kiong diurus oleh Yayasan Adhi Dharma Slawi. Ketua Yayasan Adhi Dharma, Indra Kurniawan, mengatakan bahwa Yayasan Adi Dharma bergerak di bidang keagamaan, sosial, dan kemanusian. Dalam organisasi ini terdapat 5 orang pembina, 3 pengawas dan 7 pengurus harian.
Menurut Koh Indra (sapaan akrabnya), terdapat 18 Dewa yang ada di Klenteng ini, sedangkan dewa yang menjadi tuan rumah adalah Dewa Kongco Hok Tek Ceng Sin. Kongco Hok Tek Ceng Sin merupakan dewa bumi yang dimaknai sebagai dewa pembawa keberkahan, keberuntungan dan rejeki.

Sementara itu, aktivitas ritual sembahyang yang dilakukan di klenteng Hok Ie Kong antara lain perayaan Sincia atau tahun baru Imlek, ritual muja, sembahyang Tong Cu Pia, peringatan Seng Than Kongco Liem Thay Soe. Selain itu, ada perayaan Sejit, Sejit adalah perayaan ulang tahun kelahiran dewa-dewa tertentu dalam kepercayaan umat Tionghoa.
Dalam perayaan ulang tahun dewa tuan rumah, biasanya di klenteng Hok Ie Kong digelar pertunjukan wayang Potehi. Wayang Potehi sendiri adalah kesenian tradisional Indonesia yang berasal dari Tiongkok. Kesenian ini merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Indonesia. Menggunakan boneka dan pernak-pernik khas Tionghoa. Sedangkan cerita yang diangkat berasal dari legenda dan kisah kepahlawanan klasik Tiongkok. Acara ini terbuka untuk umum, untuk tahun ini rencana digelar pada Februari akhir. Menurut Koh Indra, semakin banyak donatur yang menyumbang, maka pertunjukan akan semakin lama, bahkan sampai 2 minggu.

Kegiatan sebelum Imlek terdapat rentetan ritual antara lain sembayang tutup tahun 14 Januari, sembahyang persodaraan 26 Januari, sembahyang buka tahun, sembahyang tolak bala, sembahyang turunnya Toa Pe Kong, dan puncaknya adalah perayaan Cap Go Meh dengan kegiatan kirab Toa Pe Kong 12 dan 13 Februari.
Cap Go Meh adalah perayaan yang dilakukan pada hari ke-15 bulan pertama dalam kalender Tionghoa. Perayaan ini merupakan penutup dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek. Kirab Toa Pe Kong merupakan arak – arakan patung dewa yang ditandu disepanjang jalan 4 penjuru di sekitar Klenteng kota Slawi.

Warna merah menjadi warna yang dominan, sebenarnya apa sih makna warna merah?. Koh Indra mengatakan bahwa makna merah dalam perayaan Imlek sebenarnya melambangkan kebahagian, sebagai pembawa keberuntungan dan menjadi simbol untuk menolak roh jahat.
Berbicara tradisi klasik Imlek, Koh Indra menjelaskan pada saat sebelum Imlek mereka dianjurkan melakukan bersih – bersih rumah, pada hari H-1 melakukan sembayangan dengan membuka altar untuk berdoa kepada para leluhur, kemudian melakukan kunjungan ke sanak keluarga yang lebih tua. Sedangkan aktivitas yang dilarang pada hari Imleknya yakni tidak diperbolehkan potong rambut dan tidak diperbolehkan bersih – bersih.
