Tradisi Syawalan Krapyak Pekalongan Yang Tak Tergerus Oleh Zaman

Pekalongan Kota, Pekalongan merupakan wilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah yang memiliki banyak potensi. Potensi itu diantaranya adalah ragam budaya yang sampai saat ini masih diyakini dan dilaksanakan yang tak tergerus oleh zaman. Sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan. Misalnya budaya atau tradisi Syawalan yang dilakukan pada hari ke-8 di bulan Syawal atau 8 hari setelah lebaran (Idul Fitri).  

Pada tradisi Syawalan, masyarakat secara gotong – royong membuat kue Lopis yang terbuat dari ketan dengan ukuran Lopis yang besar sehingga dinamakan Lopis Raksasa. Ini adalah  tradisi khas dari Kelurahan Krapyak, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan. Ribuan orang  dari berbagai penjuru akan berkumpul untuk bisa silaturahmi dan saling berkunjung untuk menikmati segala hidangan yang disediakan warga Kota Pekalongan secara gratis.

Acara tersebut diadakan di dua  lokasi yakni di Kampung Krapyak Kidul dan Krapyak Lor, kecamatan Pekalongan Utara. Hari ini, Rabu 17 April 2024 adalah puncak acara Syawalan dimana panitia menggelar ritual pemotongn Lopis Raksasa di Mushala Darunna’im Gang 8 Krapyak Kidul dan lokasi yang ke-2 di Krapyak Lor. Tradisi syawalan ini rangkaian acaranya sudah digelar sejak 11 April di beberapa lokasi yang berbeda, rangkaian kegiatannya antara lain Bazar UMKM, panggung Hiburan, Jalan Sehat, Donor Darah, hingga puncaknya yaitu pemotongan dan pembagian Lopis Raksasa .

Kemeriahan acara Syawalan di Pekalongan tahun ini diramaikan dengan acara Festival balon. Festival Balon tersebut  digelar di lapangan Mataram Pekalongan,  terlihat acara ini menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat kota Pekalongan dan sekitarnya.

Di kampung Krapyak Kidul, tempat acaranya berada di dekat  sungai Loji atau Sikupang sehingga menjadi pemandangan yang menarik di tengah kota. Wali kota Pekalongan Achmad Afzan Arslan Djunaid mengatakan bahwa dalam persiapan acara dibutuhkan peran semua pihak, kolaborasi masyarakat, TNI/ Polri dan elemen lainnya, sesuai dengan tema kegiatan syawalan tahun ini yaitu “Semangat Kolaborasi untuk Menjaga Tradisi”.

“Dalam membuat kue Lopis ini, saya yakin ada kolaborasi semua lapisan masyarakat, artinya tidak bisa dilakukan 1 orang , 2 orang. Sehingga sesuai dengan semangat pada tema acara. Tradisi pemotongan lopis tahun ini saya mengapresiasi panitia, karena tidak hanya kegiatan prosesi pemotongan saja, melainkan keterlibatan UMKM dalam kegiatan BAzar UMKM ini” kata Djunaid.

Terkait pelaksanaan Festival Balon dan adanya lomba, Djunaid menjelaskan bahwa tujuannya digelar acara tersebut adalah untuk menghindari penerbangan balon liar di wilayah Pekalongan Kota.

Setelah prosesi pemotongan Lopis Raksasa, selanjutnya lopis dibagikan ke pengunjung, nampak tua muda saling berdesakan mencoba mendapatkan potongan Lopis Raksasa yang berdiri sejak awal acara. Sedangkan gunungan lopis yang ada di bawah panggung pun ikut dibagikan juga kepada pengunjung yang sulit menjangkau panggung Lopis Raksasa.

Menurut salah satu panitia di lokasi Krapyak Kidul, M. Zuhdi Asyauqi, lopis raksasa itu memiliki ukuran berat 2.018 kilogram, tinggi 232 sentimeter, dan diameter 250 sentimeter yang dibuat oleh remaja mushalla Darunna’im Krapyak Kidul. Sedangkan lopis raksasa yang dibuat remaja Krapyak Lor seberat 2.352 kilogram, tinggi 198 sentimeter, dan diameter 85 sentimeter.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *